Saturday, 28 February 2015

KECADELAN YANG TERJADI PADA SESEORANG USIA DIATAS LIMA TAHUN




TUGAS AKHIR PSIKOLINGUISTIK
KECADELAN YANG TERJADI PADA SESEORANG
USIA DIATAS LIMA TAHUN

oleh:
Asaro Aprilianti
2303413033




FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


PRAKATA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
            Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul ”Kecadelan Yang Terjadi Pada Seseorang Usia Diatas Lima Tahun ”.
            Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar, ustadzah Retno Purnama Irawati dan ustadzah Nailur selaku dosen Psikolinguistik penulis, kemudian sahabat baik penulis dari kecil “DEWI NUR ISNAENI” yang telah bersedia menjadi objek penelitian ini, dan juga teman-teman penulis yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. Dari merekalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari laporan penelitian ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan penelitian ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


                                                                                                 Semarang,   Juli 2014

     
                                                                                                     
                                                                                                            Penulis





Biodata Singkat Objek Penelitian
Nama                                                   : Dewi Nur Isnaeni
Umur                                                   : 19 Tahun
Jenis Kelamin                                      : Perempuan   
Bahasa yang digunakan lingkungan   : Bahasa Jawa Ngoko (Ngapak)
PEMBAHASAN

            Cadel adalah salah satu kekurangan yang ada pada diri manusia karena ketidakmampuannya dalam pelafalan huruf-huruf tertentu. Kata lain dari cadel ini antara lain cedal, pelo, pelat, dll. Sebagian besar dari kita atau bahkan nyaris semua manusia pernah mengalami fase cadel ini. Ketidakmampuan melafalkan huruf ‘r’ adalah bawaan dari kecil saat masih bayi. Ini lumrah dan sudah sewajarnya. Perlahan-lahan dengan kemampuan lidah untuk bergetar dengan sempurna maka pelafalan huruf ‘r’ pun sudah bisa didengar dengan jelas bahwa apa yang diucapkan seseorang itu adalah ‘r’, bukan ‘l’, ‘y’ atau yang lainnya.
            Namun, ada pula cadel yang disebabkan karena kebiasaan. Kebiasaan serta bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun turut andil dalam menyebabkan cadel. Misalkan saja orang Bandung yang cadel terhadap huruf ‘f’ dan ‘v’ yang menjadi huruf ‘p’, dan huruf ‘z’ yang cenderung menjadi ‘j’. Atau orang Bali yang kesulitan melafalkan huruf ‘t’ dan ‘d’ dengan bersih, tanpa harus masing-masing berubah menjadi ‘th’ dan ‘dh’. Serta orang Jepang yang tak bisa melafalkan huruf ‘l’ dan cenderung menggantinya dengan ‘r’, kata Ronaldo menjadi Ronardo. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Atau ada juga cadel yang malah keterusan dari kebiasaan orang tua yang berbicara dengan gaya cadel kepada anak. “Cini-cini mam duyu yah”. Sehingga anak menirunya hingga dewasa.
            Cadel adalah ketidakmampuan mengucapkan satu huruf unik, umumnya huruf R, meski ada juga sebagian orang yang justru bisa menyebut huruf R, namun cadel untuk huruf lainnya. Ada yang menyebut “R” jadi “L”, “K” jadi “T”, “K” jadi “D”, atau “S” dengan “T”, sering terbalik-balik. Tetapi tiap anak variasinya berbeda-beda. Jadi yang dimaksud dengan cadel adalah kesalahan dalam pengucapan.
            Memang semestinya pada rentang usia pra-sekolah, anak sudah bisa mengucapkan seluruh konsonan dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang. Hanya saja, perkembangan setiap anak berbeda. Jadi wajar meski usianya sama tapi masih ada anak yang cadel.
            Seperti yang di alami oleh gadis cantik bernama Dewi Nur Isanaeni anak kedua dari dua bersaudara yang kini berusia 19 tahun. Sejak kecil sampai usianya 12 tahun dia masih cadel dengan huruf “R”. Namun kini dia sudah seperti orang-orang seusianya yang sudah mampu mengucapkan huruf “R”. Kemampuan ini dia dapatkan saat dia duduk di bangku SMP. Saat itu tanpa di sadari dia mampu mengucapkan huruf “R” dengan sendirinya. Saat di tanyakan apa yang membuatnya bisa mengucapkan huruf “R” dia selalu menjawab tidak tahu. Bukan itu saja, ketika dia di tanya penyebab dia cadel juga dia menjawab tidak tahu.
            Sayangnya, cukup sulit mendeteksi, apakah kecadelan di usia 3-5 tahun akan berlanjut terus atau tidak karena menyangkut sistem saraf otak yang mengatur fungsi bahasa, yakni area broca yang mengatur koordinasi alat-alat vokal dan area wernicke untuk pemahaman terhadap kata-kata.
            Kerusakan pada area broca disebut motor aphasiam yang membuat anak lambat bicara dan pengucapannya tak sempurna sehingga sulit dimengerti. Sedangkan kerusakan pada area wernicke disebut sensori aphasia di mana anak dapat berkata-kata tapi sulit dipahami orang lain dan dia pun sulit untuk mengerti kata-kata orang lain.
            Tak hanya itu, kesulitan mendeteksi juga disebabkan pada rentang usia 3-5 tahun kemampuan anak masih berkembang. Artinya dia sedang dalam proses belajar berbicara. Ia tengah berada pada fase mulai menyesuaikan, mulai menambah perbendaharaan kata, meningkatkan pemahaman mengenai bahasa dan perkembangan makna kata. Termasuk juga penguasaan konsonan.
            Kecadelan yang sempat di alami Dewi kemungkinan disebabkan karena kurang matangnya koordinasi lidah dan langit-langit mulutnya. Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti ‘R’, diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Sedangkan jika dilihat dulu Dewi ini memiliki lidah yang tidak terlalu panjang dan rahang yang cukup lebar jadi langit-langitnya cukup tinggi. Penyebab lain kecadelan adalah karena kelainan fisiologis. Namun cadel yang disebabkan oleh kelainan fisiologis jumlahnya sangat sedikit. Penyebabnya dibedakan menjadi tiga, yakni gangguan pada bagian pendengaran; gangguan pada otak; dan gangguan di wilayah mulut.
            Adapun gangguan pada bagian pendengaran bisa berupa adanya kerusakan atau ketidak sempurnaan pada organ-organ yang terdapat di telinga, sehingga bisa mempengaruhi pendengaran. Akibatnya informasi yang diperoleh tidak lengkap sehingga berdampak pada daya tangkap dan tentunya juga mempengaruhi kemampuan berbicaranya. Gangguan ini tidak terjadi pada Dewi, pasalnya dia memiliki alat pendengaran yang baik seperti kebanyakan orang normal.
            Sementara itu gangguan lain terjadi pada otak yang kategorinya beragam. Di antaranya adalah perkembangan yang terlambat, atau karena penyakit yang diderita seperti radang selaput otak, atau kejang terus-menerus. Beragam gangguan ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak sehingga berdampak pada gangguan bicara. Salah satunya adalah cadel. Namun gangguan yang terjadi di otak ini juga tak terjadi pada Dewi. Dewi tidak memiliki penyakit atau masalah lain di otaknya. Dia memiliki otak yang normal seperti orang lain.
            Sedangkan gangguan di wilayah mulut disebabkan adanya kelainan pada organ-organ di mulut (langit-langit, lidah, bibir, rahang, dan lain-lain). Misal, bibir sumbing, langit-langitnya terlalu tinggi, lidah yang terlalu pendek, rahang yang terlalu lebar, terlalu sempit, atau memiliki bentuk yang tidak proporsional. Disinilah ditemukan beberapa gangguan yang ada pada Dewi, dia memiliki lidah yang tidak terlalu panjang tetapi memiliki langit-langit yang tinggi karena rahangnya yang lebar. Namun bagian bibir, Dewi tidak memiliki gangguan. Bibirnya normal seperti kebanyakan orang.
            Kelainan fisiologis dapat diatasi, tergantung oleh berat ringan penyebabnya. Umumnya bila penyebabnya termasuk kategori berat, maksudnya penyakitnya tak dapat disembuhkan atau kelainan organnya tak dapat dikoreksi, maka bisa menjadi cadel yang menetap. Namun bila tergolong ringan, maka cadelnya tidak menetap.
            Dan kelainan fisiologis yang dialami Dewi ini tergolong ringan penyebabnya sehingga kecadelannya tidak menetap dan bisa sembuh dengan sendirinya. Kelainan yang dialami Dewi ini disebabkan hanya karena perkembangan rahang dan langit-langit mulutnya yang belum di ikuti oleh lidahnya sehingga belum ada koordinasi antara ketiganya. Namun seiring bertambahnya usia Dewi dan pertumbuhan tubuhnya, lidah sudah mampu mengimbangi perkembangan rahang dan langit-langit mulutnya akhirnya terciptalah koordinasi antara ketiganya yang membuat Dewi bisa mengucapkan huruf “R” dan melepas kecadelannya pada saat dia duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kurang lebih ketika usianya tigabelas tahun.









KESIMPULAN


            Sejak kecil Dewi Nur Isnaeni Tidak terlalu bisa mengucapkan huruf “R”. Ketika Dia mengucapkan huruf “R” bunyi yang dihasilkan itu bunyi huruf  “L”. Peristiwa ini dikenal dengan nama “Cadel” atau “Cedal”. Cadel atau cedal nyaris dialami oleh semua manusia pada saat balita dan normalnya akan sembuh ketika usianya kira-kira sudah mencapai lima tahun. Namun bagaimana jika kecadelan ini berlanjut sampai usianya diatas lima tahun? Dan inilah yang terjadi pada Dewi.  Penyebab seseorang cadel atau cedal itu bermacam-macam. Diantaranya karena kebiasaan lingkungan maupun kelainan. Dan kecadelan yang dialami Dewi ini disebabkan karena kelainan fisiologis. Jadi  perkembangan rahang dan langit-langit mulut Dewi belum di ikuti oleh lidahnya sehingga belum ada koordinasi antara ketiganya pada saat usianya lima tahun. Baru ketika usianya mencapai dua belas tahun, lidah Dewi berkembang lebih pesat dari pada rahang dan langit-langit mulutnya sehingga terjadi koordinasi antara ketiganya dan sejak saat itu Dewi pun bisa mengucapkan huruf  “R” dengan jelas.

No comments:

Post a Comment