TUGAS AKHIR PSIKOLINGUISTIK
KECADELAN YANG TERJADI PADA SESEORANG
USIA DIATAS LIMA TAHUN
oleh:
Asaro Aprilianti
2303413033
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PRAKATA
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul
”Kecadelan Yang Terjadi Pada Seseorang Usia Diatas Lima Tahun ”.
Dalam
penyusunan laporan penelitian ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada kedua orang tua dan segenap keluarga
besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar, ustadzah Retno Purnama Irawati dan ustadzah Nailur selaku dosen
Psikolinguistik penulis, kemudian sahabat baik penulis dari kecil “DEWI NUR
ISNAENI” yang telah bersedia menjadi objek penelitian ini, dan juga teman-teman
penulis yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. Dari merekalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun
penulis berharap isi dari laporan penelitian ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena
itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan penelitian ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semarang, Juli
2014
Penulis
Biodata Singkat Objek
Penelitian
Nama : Dewi Nur Isnaeni
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bahasa yang digunakan
lingkungan : Bahasa Jawa
Ngoko (Ngapak)
PEMBAHASAN
Cadel adalah
salah satu kekurangan yang ada pada diri manusia karena ketidakmampuannya dalam
pelafalan huruf-huruf tertentu. Kata lain dari cadel ini antara lain cedal,
pelo, pelat, dll. Sebagian besar dari kita atau bahkan nyaris semua manusia
pernah mengalami fase cadel ini. Ketidakmampuan melafalkan huruf ‘r’ adalah
bawaan dari kecil saat masih bayi. Ini lumrah dan sudah sewajarnya.
Perlahan-lahan dengan kemampuan lidah untuk bergetar dengan sempurna maka
pelafalan huruf ‘r’ pun sudah bisa didengar dengan jelas bahwa apa yang
diucapkan seseorang itu adalah ‘r’, bukan ‘l’, ‘y’ atau yang lainnya.
Namun, ada pula cadel yang disebabkan karena
kebiasaan. Kebiasaan serta bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun turut
andil dalam menyebabkan cadel. Misalkan saja orang Bandung yang cadel terhadap
huruf ‘f’ dan ‘v’ yang menjadi huruf ‘p’, dan huruf ‘z’ yang cenderung menjadi
‘j’. Atau orang Bali yang kesulitan melafalkan huruf ‘t’ dan ‘d’ dengan bersih,
tanpa harus masing-masing berubah menjadi ‘th’ dan ‘dh’. Serta orang Jepang
yang tak bisa melafalkan huruf ‘l’ dan cenderung menggantinya dengan ‘r’, kata
Ronaldo menjadi Ronardo. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Atau ada juga
cadel yang malah keterusan dari kebiasaan orang tua yang berbicara dengan gaya
cadel kepada anak. “Cini-cini mam duyu yah”.
Sehingga anak menirunya hingga dewasa.
Cadel
adalah ketidakmampuan mengucapkan satu huruf unik, umumnya huruf R, meski ada
juga sebagian orang yang justru bisa menyebut huruf R, namun cadel untuk huruf
lainnya. Ada yang menyebut “R” jadi “L”, “K”
jadi “T”, “K” jadi “D”, atau “S” dengan “T”, sering terbalik-balik. Tetapi tiap
anak variasinya berbeda-beda. Jadi yang dimaksud dengan cadel adalah kesalahan
dalam pengucapan.
Memang semestinya pada rentang usia
pra-sekolah, anak sudah bisa mengucapkan seluruh konsonan dengan baik. Sebab
menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang. Hanya saja,
perkembangan setiap anak berbeda. Jadi wajar meski usianya sama tapi masih ada
anak yang cadel.
Seperti yang di alami oleh gadis cantik bernama Dewi Nur
Isanaeni anak kedua dari dua bersaudara yang kini berusia 19 tahun. Sejak kecil
sampai usianya 12 tahun dia masih cadel dengan huruf “R”. Namun kini dia sudah
seperti orang-orang seusianya yang sudah mampu mengucapkan huruf “R”. Kemampuan
ini dia dapatkan saat dia duduk di bangku SMP. Saat itu tanpa di sadari dia
mampu mengucapkan huruf “R” dengan sendirinya. Saat di tanyakan apa yang
membuatnya bisa mengucapkan huruf “R” dia selalu menjawab tidak tahu. Bukan itu
saja, ketika dia di tanya penyebab dia cadel juga dia menjawab tidak tahu.
Sayangnya, cukup sulit mendeteksi, apakah kecadelan di
usia 3-5 tahun akan berlanjut terus atau tidak karena menyangkut sistem saraf
otak yang mengatur fungsi bahasa, yakni area broca yang mengatur koordinasi
alat-alat vokal dan area wernicke untuk pemahaman terhadap kata-kata.
Kerusakan pada area broca disebut motor
aphasiam yang membuat anak lambat bicara dan pengucapannya tak sempurna
sehingga sulit dimengerti. Sedangkan kerusakan pada area wernicke disebut
sensori aphasia di mana anak dapat berkata-kata tapi sulit dipahami orang lain
dan dia pun sulit untuk mengerti kata-kata orang lain.
Tak hanya itu, kesulitan mendeteksi juga
disebabkan pada rentang usia 3-5 tahun kemampuan anak masih berkembang. Artinya
dia sedang dalam proses belajar berbicara. Ia tengah berada pada fase mulai
menyesuaikan, mulai menambah perbendaharaan kata, meningkatkan pemahaman
mengenai bahasa dan perkembangan makna kata. Termasuk juga penguasaan konsonan.
Kecadelan yang sempat di alami Dewi kemungkinan
disebabkan karena kurang matangnya koordinasi lidah dan langit-langit mulutnya. Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan
konsonan secara sempurna sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak,
terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk
mengucapkan konsonan tertentu, seperti ‘R’, diperlukan manipulasi yang cukup
kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Sedangkan jika dilihat dulu Dewi ini memiliki lidah yang
tidak terlalu panjang dan rahang yang cukup lebar jadi langit-langitnya cukup
tinggi. Penyebab lain kecadelan adalah karena kelainan fisiologis. Namun cadel yang
disebabkan oleh kelainan fisiologis jumlahnya sangat sedikit. Penyebabnya
dibedakan menjadi tiga, yakni gangguan pada bagian pendengaran; gangguan pada
otak; dan gangguan di wilayah mulut.
Adapun gangguan pada bagian pendengaran bisa
berupa adanya kerusakan atau ketidak sempurnaan
pada organ-organ yang terdapat di telinga, sehingga bisa mempengaruhi
pendengaran. Akibatnya informasi yang diperoleh tidak lengkap sehingga
berdampak pada daya tangkap dan tentunya juga mempengaruhi kemampuan
berbicaranya. Gangguan
ini tidak terjadi pada Dewi, pasalnya dia memiliki alat pendengaran yang baik
seperti kebanyakan orang normal.
Sementara itu gangguan lain terjadi pada otak yang kategorinya beragam. Di antaranya adalah
perkembangan yang terlambat, atau karena penyakit yang diderita seperti radang
selaput otak, atau kejang terus-menerus. Beragam gangguan ini dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi otak sehingga berdampak pada gangguan bicara. Salah
satunya adalah cadel. Namun
gangguan yang terjadi di otak ini juga tak terjadi pada Dewi. Dewi tidak
memiliki penyakit atau masalah lain di otaknya. Dia memiliki otak yang normal
seperti orang lain.
Sedangkan gangguan di wilayah mulut disebabkan
adanya kelainan pada organ-organ di mulut (langit-langit, lidah, bibir, rahang,
dan lain-lain). Misal, bibir sumbing, langit-langitnya terlalu tinggi, lidah
yang terlalu pendek, rahang yang terlalu lebar, terlalu sempit, atau memiliki
bentuk yang tidak proporsional. Disinilah
ditemukan beberapa gangguan yang ada pada Dewi, dia memiliki lidah yang tidak
terlalu panjang tetapi memiliki langit-langit yang tinggi karena rahangnya yang
lebar. Namun bagian bibir, Dewi tidak memiliki gangguan. Bibirnya normal
seperti kebanyakan orang.
Kelainan fisiologis dapat diatasi, tergantung
oleh berat ringan penyebabnya. Umumnya bila penyebabnya termasuk kategori
berat, maksudnya penyakitnya tak dapat disembuhkan atau kelainan organnya tak
dapat dikoreksi, maka bisa menjadi cadel yang menetap. Namun bila tergolong
ringan, maka cadelnya tidak menetap.
Dan kelainan fisiologis yang dialami Dewi ini tergolong
ringan penyebabnya sehingga kecadelannya tidak menetap dan bisa sembuh dengan
sendirinya. Kelainan yang dialami Dewi ini disebabkan hanya karena perkembangan
rahang dan langit-langit mulutnya yang belum di ikuti oleh lidahnya sehingga
belum ada koordinasi antara ketiganya. Namun seiring bertambahnya usia Dewi dan
pertumbuhan tubuhnya, lidah sudah mampu mengimbangi perkembangan rahang dan
langit-langit mulutnya akhirnya terciptalah koordinasi antara ketiganya yang
membuat Dewi bisa mengucapkan huruf “R” dan melepas kecadelannya pada saat dia
duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kurang lebih ketika usianya
tigabelas tahun.
KESIMPULAN
Sejak kecil Dewi Nur Isnaeni Tidak terlalu bisa
mengucapkan huruf “R”. Ketika Dia mengucapkan huruf “R” bunyi yang dihasilkan
itu bunyi huruf “L”. Peristiwa ini
dikenal dengan nama “Cadel” atau “Cedal”. Cadel atau cedal nyaris dialami oleh
semua manusia pada saat balita dan normalnya akan sembuh ketika usianya
kira-kira sudah mencapai lima tahun. Namun bagaimana jika kecadelan ini
berlanjut sampai usianya diatas lima tahun? Dan inilah yang terjadi pada Dewi. Penyebab seseorang cadel atau cedal itu
bermacam-macam. Diantaranya karena kebiasaan lingkungan maupun kelainan. Dan
kecadelan yang dialami Dewi ini disebabkan karena kelainan fisiologis. Jadi perkembangan rahang dan langit-langit mulut
Dewi belum di ikuti oleh lidahnya sehingga belum ada koordinasi antara
ketiganya pada saat usianya lima tahun. Baru ketika usianya mencapai dua belas
tahun, lidah Dewi berkembang lebih pesat dari pada rahang dan langit-langit
mulutnya sehingga terjadi koordinasi antara ketiganya dan sejak saat itu Dewi
pun bisa mengucapkan huruf “R” dengan
jelas.
No comments:
Post a Comment