MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Arab semester III tahun ajaran 2013 – 2014
Disusun
Oleh :
Zulfatun Ni’mah (2303413012)
Amin Saiful
Mujab (2303413028)
Asaro Aprilianti (2303413033)
Muhammad Wafaul
Himam (2303413041)
Rosalia Muzalfah (2303413055)
Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab
Jurusan
Bahasa dan Sastra Asing
Fakultas
Bahasa dan Seni
Universitas
Negeri Semarang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan basis utama memperoleh pendidikan dalam ranah formal. Dalam KBM
inilah peserta didik mendapatkan ilmu, dan tata nilai dari sumber/ guru. Guru
haruslah memiliki kemampuan mengendalikan kelas dan menguasai materi agar dapat
memberikan ilmu dan transformasi nilai secara maksimal dalam KBM.
Namun dalam realitasnya, peserta didik
seringkali merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang ‘itu-itu’ saja.
Peserta didik membutuhkan suatu ‘hal baru’ dalam pembelajaran. Dalam hal ini,
ada banyak solusi dalam menghadapi kebosanan tersebut. Ada banyak metode atau
model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Contoh model pembelajaran yang ada pada
saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
ini bisa dijadikan solusi atas kebosanan siswa dalam pembelajaran. Model
pembelajaran ini menekankan pada kerjasama kelompok dan interaksi antarteman,
sehingga dimungkinkan siswa dapat menikmati pembelajaran, karena tidak
dipungkiri siswa lebih menyenangi kegiatan dengan temannya sendiri ketimbang
dengan gurunya.
Banyak sekali bentuk-bentuk yang dapat
dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif, sehingga pendidik dapat
mengembangkan kreativitasnya, dan peserta didik juga merasa lebih ‘enjoy’ dalam
kegiatan belajar mengajar.
1.2
Batasan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis akan mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1.2.1
Pengertian model pembelajaran
kooperatif
1.2.2
Karakteristik
model pembelajaran kooperatif
1.2.3
Bentuk-bentuk
model pembelajaran kooperatif
1.2.4
Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran kooperatif
1.3
Rumusan
Masalah
1.3.1
Apa pengertian model pembelajaran
kooperatif ?
1.3.2 Bagaimana karakteristik model pembelajaran kooperatif ?
1.3.3 Apa saja bentuk-bentuk model pembelajaran kooperatif ?
1.3.4 Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif ?
1.4
Tujuan
1.4.1
Mengetahui pengertian media pembelajaran.
1.4.2
Mengetahui landasan
teoritis penggunaan media pembelajaran bahasa arab.
1.4.3
Mengetahui ciri-ciri
media pembelajaran.
1.4.4
Mengetahui alasan
penggunaan media pembelajaran.
1.5
Metodologi
Metode yang
digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah metode studi pustaka.
Metode studi pustaka adalah suatu metode yang dilakukan penulis dengan cara
mencari infromasi buku-buku, majalah, dan berbagai artikel di internet.
1.6
Sistematika
Penulisan
Karya tulis ini terdiri dari 3 bab.
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, metodologi, dan sistematika
penulisan.
BAB II Pembahasan yang berisi tentang pengertian, karakteristik, bentuk,
kelebihan, dan kekurangan model pembelajaran kooperatif.
BAB III Penutup terdiri dari simpulan
dan saran mengenai presentasi yang
telah dijelaskan di dalam makalah ini.
BAB II
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
2.1 Pengertian
Model Pembelajaran
Kooperatif
Kelough & Kelough (dalam Kasihani, 2008) mendefinisikan cooperative
learning sebagai suatu macam strategi pembelajaran secara berkelompok,
siswa belajar bersama dan saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan
pada saling support di antara
anggota. Siswa yang belajar kelompok
akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang belajar dalam system
klasikal.
Menurut Teori Motivasi, tujuan belajar kooperatif adalah untuk menciptakan
suatu situasi dimana keberhasilan dapat tercapai bila siswa lain juga mencapai
tujuan tersebut. Maka pembelajaran bersifat kooperatif bukan kompetitif, dan
keberhasilan belajar adalah keberhasilan kelompok bukan keberhasilan individu.
Priyanti dalam Wina (2011) mengungkapkan bahwa siswa yang
sebelumnya pasif dalam pembelajaran, akan menjadi aktif secara ‘terpaksa’ agar
diterima oleh anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
mecniptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bukan hanya dari guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Nurhadi dan Senduk dalam Wina, 2011)
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang berusaha
memanfaatkan teman sekelas sebagai sumber belajar, di samping guru dan bahan
ajar lainnya.
2.2 Karakteristik Model Pembelajaran
Kooperatif
Karakteristik
yang ada pada model pembelajaran kooperatif ada lima, yaitu:
Positive interdependence (saling tergantung secara positif)
Anggota kelompok menyadari bahwa
mereka perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan. Saling ketergantungan positif
menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling
memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa
tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda
atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling
membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut
maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
Face to face interaction (interaksi tatap muka)
Semua anggota saling berinteraksi
dengan saling berhadapan. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog,
tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini
memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber
belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam
belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus
dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok
tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
Individual accountability (tanggung jawab perseorangan)
Setiap
anggota harus belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan keberhasilan kelompok. Pembelajaran
kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya
disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa
anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara
otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas
tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda
sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
Use of collaborative/ social skills (Keterampilan Menjalin Hubungan)
Keterampilan bekerjasama dan
bersosialisasi diperlukan, untuk itu diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat
berkolaborasi. Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan
berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa
mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu
diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa
harus menyinggung perasaan orang lain.
Group processing
Siswa perlu menilai bagaimana mereka
bekerja secara efektif. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang
beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran
cooperative learning.
2.3 Bentuk-bentuk
Model Pembelajaran Kooperatif
Think-Pair-Share
Prosedur
pelaksanaannya yaitu:
a.
Guru memberi
satu topik atau masalah kepada siswa
b.
Siswa berpikir
tentang topic atau masalah tersebut secara individual. Kemudian siswa diminta
untuk berpasangan (in pair) meneruskan pembicaraan dengan saling
melengkapi
c.
Siswa
membicarakan dengan pasangan masing-masing tentang topik tersebut serta saling
mengemukakan apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan apalagi yang perlu diketahua atau perlu
dicari untuk dapat menjawab atau menghasilkan solusi
d.
Kemudian guru
meminta beberapa siswa untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh
siswa dikelas.
Think-Pair-Square
Ada
perbedaan sedikit pada tahap akhir, untuk Think-Pair-Square. Setelah
siswa mendapat topic dari guru, mereka diberi waktu untuk memikirkan topik dan
mengingat apa yang telah mereka ketahui. Kemudian mereka secara berpasangan
membicarakan bersama. Setelah diskusi dan berbagi informasi secara berpasangan,
siswa diminta untuk membicarakan topik atau masalah tersebut dengan pasangan
lain.
Expert
Group (Kelompok Ahli)
Prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut.
a.
Setiap siswa
dalam kelompok diberi nomor. Semua anggota dengan nomor yang sama akan
membentuk suatu group ahli (expert group)
b.
Bahan diskusi
diberi oleh guru. Siswa mendiskusikan bahan yang telah dibagi menjadi
bagian-bagian. Setiap bagian bahan ditangani oleh group ahli (expert group)
c.
Setelah
pembicaraan matang, terakhir setiap anggota group kembali ke induknya (home
group)
d.
Setiap anggota
di Home group memberitahu apa yang telah dipelajari di Expert group.
Semua anggota Home group akan melengkapi atau menyelesaikan tugas menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari Expert group.
Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima
tahapan utama sebagai berikut:
a.
Presentasi
kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama
sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
b.
Kerja kelompok.
Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau
memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya
dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
c.
Tes.
Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes
secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu.
d.
Peningkatan skor
individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor
tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
skor rata-rata kelompok.
e.
Penghargaan
kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi,
diberikan penghargaan.
Tipe
GI (Group Investigation)
Pembelajaran
kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang
menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang
untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal
mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji
hipotesis.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan
a.
Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b.
Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
c.
Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d.
Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e.
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang
lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
f.
Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
g.
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola
informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.
h.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
Kekurangan
a.
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c.
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
d.
Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
e.
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam
belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu
berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi kesimpulan yang
dapat penulis sampaikan adalah bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan teman sejawat sebagai bahan
ajar, selain guru dan bahan-bahan ajar lainnya.
Dan dalam model pembelajaran
kooperatif, kita harus memahami secara menyeleruh dimulai dari pengertian, karakteristik, bentuk, kelebihan,
dan kekurangannya.
3.2 Saran
Dari uraian di atas penulis berharap agar siapapun yang
akan mempelajari model pembelajarn kooperatif memahami secara tuntas apa pengertian, karakteristik,
bentuk, kelebihan, dan kekurangannya secara spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Ariant,
Abaz. 2012. Makalah Model Pembelajaran Kooperatif. http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-metode-pembelajaran-kooperatif.html
(diakses pada 27 Oktober 2014)